
Selebrasi Miroslav Klose usai menjebol gawang Brasil di semifinal Piala Dunia 2014. (c) AFP
Bola.net – Bagi penggemar sepak bola Jerman, nama Miroslav Klose akan dikenang sebagai legenda besar. Dikenal sebagai penyerang tajam, Klose adalah top skor sepanjang masa Piala Dunia.
Miroslav Klose pertama kali mencuat di Piala Dunia 2002. Ketika itu, dia membawa Jerman melaju ke final. Di fase grup, Klose mencetak tiga gol dan membawa Jerman menang 8-0 lawan Arab Saudi.
Klose juga sangat dihormati oleh fans klub yang pernah dibelanya yakni Kaiserslautern, Bayern Munchen, Werder Bremen, dan Lazio. Namun, semua itu mungkin tidak didapat Klose jika dia memilih jadi tukang kayu.
Tepat pada momen Hari Buruh, Bola.net menyajikan cerita pemain sosok yang sempat menjadi ‘kelas pekerja’ sebelum jadi bintang lapangan hijau. Miroslav Klose adalah satu dari lima pemain yang punya cerita unik tersebut.
Simak ulasan lebih lengkapnya di bawah ini ya Bolaneters.
Rickie Lambert: Dari Tutup Botol Bit hingga Sorak Southampton
Scoring with your first touch for the #ThreeLions 🤩
Happy birthday to Rickie Lambert, who turns 37 today. Thanks for this great memory! pic.twitter.com/wSmWix4UBQ
— England (@England) February 16, 2019
Sebelum namanya melambung tinggi membawa Southampton ke Primer League dan mencuri perhatian publik dengan seragam Timnas Inggris, Rickie Lambert ternyata akrab dengan suara bising mesin pabrik.
Setelah terdepak dari akademi Liverpool di usia belia, Lambert sempat merasakan kerasnya menjadi pengangguran sebelum akhirnya berlabuh di Blackpool.
Namun, masa sulit kembali menghampirinya ketika ia menjadi agen bebas selama empat bulan. Di tengah ketidakpastian, pabrik pembotolan bit menjadi pelabuhan sementara.
"Pabrik bit adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa saya dapatkan saat itu. Tugas saya memasang tutup botol," kenangnya kepada The Independent pada 2013.
Dengan upah 20 poundsterling sehari, ia bekerja keras di siang hari dan tetap gigih mengejar mimpinya di lapangan hijau pada malam hari. Kegigihannya akhirnya berbuah manis, mengantarkannya menjadi salah satu striker disegani di Inggris.
Miroslav Klose: Sentuhan Magis Tukang Kayu di Kotak Penalti
miroslav klose (c) AFP
Siapa sangka, mesin gol legendaris Jerman, Miroslav Klose, pernah bercita-cita menjadi seorang tukang kayu? Sebelum namanya menggetarkan jala gawang lawan bersama Kaiserslautern, Klose menghabiskan waktu berlatih menjadi seorang perajin kayu.
"Saya ingin bekerja sebagai perajin. Ketika sebuah rumah dibangun dan derek menarik balok atap ke udara - hal itu membuat saya terpesona," ungkapnya kepada Stern pada 2019.
Bahkan, ia berhasil lulus ujian praktik dengan nyaris sempurna, meraih 99 dari 100 poin. Setelah sempat menjadi penguji, panggilan sepak bola membawanya ke Homburg dan sejak saat itu, fokusnya sepenuhnya tertuju pada si kulit bundar.
Sentuhan magisnya sebagai tukang kayu seolah bertransformasi menjadi sentuhan mematikan di depan gawang, mengantarkannya meraih berbagai gelar bergengsi, termasuk Piala Dunia 2014.
Stuart Pearce: Antara Obeng dan Sepatu Bola
Stuart Pearce (c) PA
Nama Stuart Pearce begitu melegenda di kalangan penggemar Nottingham Forest dan Timnas Inggris, terutama karena kegigihannya di posisi bek kiri.
Namun, di awal kariernya, Pearce menyimpan 'kartu as' lain: keahliannya sebagai teknisi listrik. Pekerjaan ini ia lakoni saat masa depannya di dunia sepak bola masih abu-abu.
Sebagai duta besar Fiat Professional Tradesman Trials pada 2016, ia berbagi, "Saya tahu bahwa dalam karier saya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkan setiap sen," katanya.
"Jika saya berbicara dengan para pemain akademi sekarang, saya akan menasihati mereka untuk mempelajari pekerjaan lain," ucap mantan manajer Manchester City itu.
Pandangan Pearce menunjukkan betapa pentingnya memiliki rencana cadangan, bahkan bagi mereka yang bertalenta di lapangan hijau.
Jamie Vardy: Dari Teknisi Medis hingga Raja Gol Leicester
Ekspresi Jamie Vardy dalam laga Premier League antara Chelsea vs Leicester City, Minggu (9/3/2025). (c) AP Photo/Dave Shopland
Perjalanan Jamie Vardy dari pemain non-liga hingga menjadi juara Liga Primer bersama Leicester City adalah kisah dongeng yang telah banyak diceritakan.
Namun, di balik gemerlap kesuksesan itu, Vardy pernah menjalani kehidupan keras sebagai pekerja paruh waktu. Selama bermain di level semi-profesional, ia bekerja sebagai teknisi yang melakukan praktik medis untuk menambah penghasilannya.
"Saya bekerja berjam-jam, lalu bermain sepak bola di malam hari. Saya adalah seorang teknisi, melakukan intervensi untuk orang-orang dengan disabilitas berjalan," ungkapnya kepada Mirror pada 2018.
Pekerjaan yang menuntut fisik itu, dengan mengangkat beban panas ratusan kali sehari, sempat membuatnya sakit punggung. Namun, semangatnya untuk bermain sepak bola tak pernah padam.
Bahkan, ia berkelakar akan menggunakan "cedera sepak bola" sebagai alasan untuk absen dari pekerjaan jika diperlukan. Kegigihan Vardy akhirnya membawanya meraih puncak kejayaan di dunia sepak bola.
Charlie Austin: Kokoh di Lapangan, Terampil Membangun
Charlie Austin has scored seven goals in his last six matches in all competitions for Southampton #MCISOU pic.twitter.com/RF2C7wY7y6
— Premier League (@premierleague) October 23, 2016
Senada dengan Vardy, Charlie Austin tidak meniti karier di Liga Primer melalui jalur akademi. Sebelum menjadi striker yang disegani, ia adalah seorang tukang batu.
Pekerjaan kasar itu baru ia tinggalkan ketika mendapatkan tawaran kontrak profesional dari Swindon Town. Setelah itu, ia malang melintang di berbagai klub, termasuk Burnley, QPR, Southampton, dan kini West Brom.
"Dulu saya seorang pekerja. Ayah saya memiliki perusahaan konstruksi di selatan dan saya putus sekolah dan langsung bekerja," kenangnya kepada Match of the Day Kickabout.
Ia mengaku menikmati pekerjaannya dari Senin hingga Jumat dan bermain sepak bola di akhir pekan.
"Saya mempelajari perdagangan itu tetapi saya hanya membutuhkannya selama beberapa minggu karena sepak bola mengambil alih dan saya pergi ke Swindon. Saya pikir ini memberi saya langkah pertama dan saya menjadi lebih kuat sebagai pribadi," kata Charlie Austin.
Pengalaman sebagai tukang batu menempa fisiknya dan mentalnya, menjadikannya striker yang tangguh di kotak penalti lawan.
Sumber: Telegrafi