
Trofi Piala Dunia Antarklub ketika dipamerkan di Nashville pada 16 Mei 2025 lalu. (c) AP Photo/Mark Humphrey
Bola.net – Conor Tracey adalah karyawan yang bekerja lebih dari 40 jam setiap pekan di gudang farmasi hewan terbesar di Auckland, Selandia Baru. Di tengah rutinitas tersebut, ia menjalani kehidupan ganda yang tak lazim bagi pekerja biasa.
Ia mengawali karier dari posisi pengemas paruh waktu hingga kini menjadi tangan kanan mandor di tempat kerjanya. Namun di luar jam kerja, Tracey merupakan penjaga gawang klub amatir Auckland City FC.
Bersama rekan-rekannya, Tracey bertolak ke Amerika Serikat bulan ini untuk mengikuti Piala Dunia Antarklub 2025. Turnamen ini disebut sebagai ajang klub paling bergengsi dan paling kaya dalam sejarah sepak bola.
Auckland City FC mewakili zona Oseania yang sering luput dari sorotan dunia. Klub ini menjadi satu-satunya tim amatir yang lolos ke ajang besar ini dan akan menghadapi klub-klub raksasa seperti Bayern Munchen, Boca Juniors, dan Benfica di Grup C.
𝗖𝗜𝗧𝗬’𝗦 𝗕𝗜𝗚𝗚𝗘𝗦𝗧 𝗧𝗘𝗦𝗧: 𝗕𝗔𝗬𝗘𝗥𝗡 𝗔𝗪𝗔𝗜𝗧𝗦
Auckland City FC steps onto the grand stage of the FIFA Club World Cup™️, facing European giants Bayern Munich. 👉 https://t.co/vYPvs2U1NA
📷 | @phototeknz🔵⚪ #CityMeansEverything pic.twitter.com/hbWYAWWyP4
— 🇳🇿 Auckland City FC (@AucklandCity_FC) June 14, 2025
Tak Asing dengan Panggung Dunia
Auckland City dikenal sebagai tim paling sukses di Oseania. Mereka mencatatkan penampilan terbanyak di format lama Piala Dunia Antarklub versi tujuh tim.
Namun, dari semua penampilan itu, hanya satu yang benar-benar membekas, yaitu saat mereka finis di posisi ketiga pada edisi 2014. Selain itu, biasanya mereka langsung tersingkir pada pertandingan pertama melawan tim tuan rumah.
Tantangan makin berat setelah sepak bola amatir Selandia Baru mengalami restrukturisasi pada 2020. Auckland City menjadi satu-satunya tim dari liga lama yang bertahan dan kini harus menjalani lebih dari 50 pertandingan dalam satu musim.
Beban fisik dan mental semakin terasa karena mereka tetap harus menjalani empat sesi latihan per minggu dan mengikuti pola makan serta terapi layaknya pemain profesional. Gaji sepak bola mereka pun dibatasi hanya sekitar $150 per minggu, atau sekitar Rp2,4 juta.
"Dan saya menghabiskan semua uang itu untuk beli bensin," kata Tracey kepada ABC Sport.
𝗗𝗔𝗬 𝗧𝗛𝗥𝗘𝗘 𝗜𝗡 𝗖𝗛𝗔𝗧𝗧𝗔𝗡𝗢𝗢𝗚𝗔 ⚽️
Be part of the FCWC action and get your tickets here
👉 https://t.co/a8SYHBhrmQ📺 Download the free DAZN App from your App store / Or visit https://t.co/0UCx1r3hRa
🔵⚪ #CityMeansEverything pic.twitter.com/o7J8K2BKsv
— 🇳🇿 Auckland City FC (@AucklandCity_FC) June 13, 2025
Cuti Kerja demi Mewujudkan Mimpi
Trofi Piala Dunia Antarklub. (c) dok.JuventusFC
Di tengah sorotan dunia yang membicarakan keikutsertaan Lionel Messi yang kontroversial dalam turnamen ini, para pemain Auckland City justru menghadapi persoalan yang lebih membumi. Mereka harus memastikan ketersediaan cuti kerja selama empat pekan.
Tracey sendiri akan absen dari pekerjaannya selama delapan pekan sepanjang 2025 akibat komitmen sepak bolanya. Meski berat hati, sang atasan akhirnya memberi izin.
Kebanyakan rekan kerja Tracey tidak menyadari besarnya arti turnamen yang diikutinya. Mereka hanya menganggapnya sedang mengambil liburan panjang, bukan bermain melawan klub-klub ternama dunia.
"Saya rasa mereka berusaha memahami, itu menyenangkan. Tapi 80 persen dari komentar mereka hanyalah candaan seperti, 'Oh, liburan lagi ya!'," ucap Tracey.
Menjaga Keseimbangan Kerja dan Sepak Bola
Trofi Piala Dunia Antarklub / FIFA Club World Cup (c) FIFA
Tracey masih ingat dengan jelas turnamen Piala Dunia Antarklub 2017. Saat itu ia masih berusia 19 tahun dan pertama kali tampil bersama tim utama Auckland City.
Ia tampil di depan 20 ribu penonton sebelum timnya kalah 0-1 dari Al-Jazira. Pengalaman tersebut membuatnya makin termotivasi untuk terus bermain.
"Sebagai anak 19 tahun yang terbiasa bermain di depan 50 orang dan 20 anjing, saya langsung berpikir, 'Astaga, lihat semua orang ini,'" ungkapnya. "Pengalaman itu membekas di ingatan saya."
Kini, ia tetap menjalani latihan intensif sambil mengatur waktu dengan pekerjaan fisik penuh waktu dan kehidupan pribadinya. Menurutnya, hal itu terkadang menjadi beban mental yang cukup berat.
"Kadang sulit mengingat kenapa saya melakukan semua ini, karena memang sangat melelahkan," kata Tracey.
Mewujudkan Mimpi Setelah Jam Kerja
Trofi Piala Dunia Antarklub dipajang di Nashville pada 16 Mei 2025 lalu. (c) AP Photo/Mark Humphrey
Realita bahwa mereka harus melawan klub besar seperti Bayern Munchen memang membayangi skuad Auckland City. Namun, bukan rasa takut yang dirasakan, melainkan rasa tanggung jawab.
Pemain senior Angus Kilkolly menyatakan bahwa yang terpenting adalah tampil tanpa penyesalan. Tim ingin memberikan segalanya agar bisa bangga terhadap apa yang mereka capai.
"Hal yang paling membebani saya, dan mungkin juga klub, adalah keinginan untuk tampil membanggakan," ucap Kilkolly.
"Kami ingin menyelesaikan pertandingan ini tanpa penyesalan — bahwa kami benar-benar telah memberikan yang terbaik."
Penampilan Auckland City ini adalah contoh nyata keindahan dan keunikan dalam sepak bola. Sebuah tim amatir bisa menembus turnamen elite dunia.
"Untuk orang biasa, mimpi biasanya terjadi setelah pukul lima sore. Dan Piala Dunia Antarklub ini benar-benar menjadi mimpi setelah jam kerja," ujar manajer umum Gordon Watson.